January 22, 2012

'dig up' [edisi liqo]

Bismillahirrahmaanirrahiim... 

Pertama saya mengucapkan rasa syukur yang sangat dalam atas gerakan hati untuk mau menulis kembali. Tentu semua ini adalah karunia dari Allah swt. Semoga shalawat dan salam sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Saya ingin sedikit menceritakan pengalaman saya. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Tepat di pagi hari yang masih begitu segar. Saya pun berangkat ke masjid Al-Hurriyyah, perjalanan yang kadang ditemani kicauan burung yang masih semangat bertasbih kala itu. Saya lupa tepatnya tanggal berapa, tapi yang pasti kejadian yang akan saya ceritakan ini terjadi pada hari ahad, di tahun 2011 lalu. Saat itu, saya tengah akan bertemu dengan dua orang adik tingkat, yang luar biasa semangat. Semangat untuk mencari ilmu.

Saya ceritakan dulu, sedikit perjalanan hari-hari sebelum saya bertemu mereka. Sebutlah kedua orang itu A dan B. Suatu hari, sebelum pertemuan dengan A dan B, sampailah saya di suatu ruangan, saya bertemu C, beliau adik tingkat saya juga teman dari A. C menyampaikan kepada saya, bahwa A ingin ikut liqo. Tanggap hati saya langsung tergerak untuk bertanya lebih lanjut. Bertanya tentang siapa A, departemen apa, dsb. Hingga akhirnya saya diberikan no.hp A. Dengan penuh semangat, seperti semangat beliau untuk menuntut ilmu saya sms beliau(A). Akhirnya terbentuklah kesepakatan, kita bertemu di masjid Al-Hurriyyah, tepat hari Ahad. Perasaan bahagia yang merasuki hati saya saat itu juga. Perasaan yang entah dari mana. Rasanya hadir begitu saja. Bahagia karena beliau begitu bersemangat menjemput hidayah Allah untuknya.  Alhamdulillah.. :)

Akhirnya dipertemukanlah kita di rumah Allah, masjid Al-Hurriyyah. Tempat yang didalamnya tidak ada aktivitas lain, selain mengingat Allah. Tempat yang saya senangi keberadaannya, karena tempat itulah sarana yang Allah berikan untuk menyatukan umat muslim apapun madzhab nya. Tempat yang akan menjadi saksi atas aktivitas yang pertama kali yang akan ditanyakan di yaumul akhir nanti, yaitu shalat. Well, kembali ke cerita awal. Alhamdulillah, saya bisa bertemu dengan A yang mengajak temannya juga yaitu B. Pertemuan itu dimulai dengan salam. Sedikit share tentang salah satu isi artikel yang ditulis oleh salah satu dari pengurus pesantren duriyat Bandung, pesantren Al-Quran dan teknologi tentang keajaiban mengucapkan salam:

Dalam kitab Risaalatul Mu'awanah dijelaskan bahwa di saat dua orang muslim berpapasan maka Allah akan menurunkan 100 kebaikan, 90 kebaikan diberikan kepada orang yang pertama kali mengucapkan salam. Sedangkan sisanya(10) diberikan kepada orang yang menjawab. Di sini kita diberi motivasi untuk selalu mengucapkan salam kepada siapa saja selama orang itu kita anggap sebagai muslim. Dengan salam secara tidak langsung kita telah dianjurkan untuk saling mendo'akan. Juga dengan salam diharapkan akan tumbuh ikatan persaudaraan yang saling mencintai sesama manusia. Rasulullah SAW, bersabda:"Kamu tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu saling mencintai, apakah aku tidak perlu menunjukkan kepadamu pada sesuatu yang jika kamu kerjakan kamu akan saling mencintai? Maka sebarkanlah salam diantara kamu". (HR. Muslim)

Pertemuan yang diawali dengan sapaan hangat itu kami lanjutkan kembali. Ya, dengan tilawah. Sebagai salah satu penyubur semangat untuk mengkaji ilmu Allah. Sampailah pada sesi perkenalan. Terkesan biasa memang. Tapi disini saya ingin menceritakan suatu hal yang menurut saya menarik untuk diungkap. 

Tibalah saatnya, perkenalan. Masing-masing dari kami memperkenalkan diri satu per satu. Mulai dari A, yang begitu panjang lebar, dilanjut B pun sama. Akhirnya giliran saya. Selesai berkenalan saya bertanya, "A dan B, apa alasan kalian ingin liqo? Pernah mendengar kata liqo sebelumnya?" Setelah saya bertanya seperti itu, spontan B malah balik bertanya dengan pertanyaan yang lebih banyak. Membredell... B balik bertanya. "arti liqo itu apa mb? saya tau nya itu pengajian to. Kenapa harus seminggu sekali? bla.. bla.." kurang lebih seperti itu beliau bertanya. Agaknya masih banyak yang tersimpan dalam sanubari nya terkait hal ini. Tapi ia anggap cukup untuk sementara ini. Giliran saya menjawab pun tiba. Kira-kira kalau dipointkan, berikut beberapa pertanyaan serta jawaban saya, sekaligus saya tambahkan hal-hal lain yang perlu saya cantumkan..

Apa artinya liqo? Kok bahasanya serem mb, kaga' umum?? 

Secara bahasa halaqah artinya lingkaran dan liqo artinya pertemuan. Secara istilah halaqah merupakan pengajian yang dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian tersebut duduk melingkar. Istilah ini mungkin terkadang terlihat agak menyeramkan bagi yang tidak biasa menggunakan karena ini adalah istilah arab. 

Pengajian yang dimaksud disini berlaku secara umum. Semuanya merupakan kajian yang bersifat ilmiah atau ada landasannya. Dengan kata lain, mungkin hampir sama dengan istilah mentoring atau bisa juga disebut majlis ta'lim. Tidak ada keanehan yang perlu ditakutkan dalam halaqoh ini. Semua sudah terkurikulum dengan rapi. Materi bahasan yang dikaji bersama terkait dengan aqidah, fikih, hadits, shiroh, dll. Semuanya dipelajari secara bertahap. Tahapan itu butuh kesabaran dan kesungguhan. Disinilah penilaian Allah atas kesungguhan kita dalam mengkaji ilmu Allah. 

Dalam halaqoh ini ada mentor(murobbi/ah) dan ada yang di mentor(mentii/mad'u). Mentor ini memang yang dituntut harus lebih banyak tau dalam hal ilmu agama dari binaannya. Mereka harus punya kompetensi yang mumpuni. Kompetensi itu sudah ter-cover dalam 10 muwashoffat muslim. Ya, ke-10 karakter itu harus terinternalisasi dalam diri seorang mentor. 10 sifat ini nanti saya sampaikan dalam postingan selanjutnya. :) 

Liqo itu kenapa sepekan sekali mb?

Hal sepele mungkin anggapan sebagian orang terkait pertanyaan ini. Saya sangat senang dengan pertanyaan ini. Karena mengkritisi berarti dia ingin tahu, ingin tau 'esensi'. Hal itu yang paling penting menurut saya. Liqo ini boleh dilakukan lebih dari sekali dalam se-pekan. Namun, esensi sepekan sekali karena  disanalah saat tepat mengevaluasi aktivitas dalam satu pekan. Sarana untuk saling mengingatkan, saling memotivasi dan saling berbagi. Sehingga dalam sepekan ke depan, mad'u dan murobbi/ah senantiasa bersemangat untuk bekerja dengan niat yang lurus dan ikhlas. Sekali lagi, pembentukan karakter ini adalah proses. Ini akhlak, perlu dibangun secara sabar, kesungguhan yang tinggi, dan ikhlas. Proses satu kali dalam se-pekan ini tidak akan berpengaruh signifikan jika hanya mengandalkan itu saja.

dan masih banyak pertanyaan lain yang belum bisa saya tuliskan semua disini..

Semoga, apa yang menjadi langkah kita, bukan hanya atas dasar ikut-ikutan saja.

"We have indentity, dig up well until we know who we are..  "

7 comments:

  1. Tapi faktanya menunjukkan liqo adalah proses kaderisasi gerakan/hizb "tertentu" bukan? Seperti Partai Keadilan Sejahtera maupun Hizbut Tahrir yang kaderisasinya menggunakan liqo sebagai proses penjaringannya. Pada akhirnya peserta liqo digiring untuk menjadi bagian dari gerakan/hizb tersebut, jadi tidak semata2 sebentuk pembinaan keislaman.

    Selain itu, yang saya rasakan dulu saat mengikuti liqo di IPB adalah adanya diskriminasi. Mereka yang ikut liqo ditempatkan pada posisi lebih tinggi ketimbang orang yang tidak ikut liqo. Mirip politik apharteid di Afrika Selatan dulu. Yang ikut liqo dapet keistimewaan seperti kulit putih, dan yang nggak ikut liqo seperti kulit hitamnya.

    Adakah penjelasan untuk hal ini?
    Terima kasih ^_^

    ReplyDelete
  2. cieee cipiii,,, ihiy bangat dah.... :-)

    ReplyDelete
  3. Jzk atas tanggapannya k Asto..

    Seperti yang sudah saya sampaikan di atas bahwa arahan liqo ini sebagai salah satu pembentukan manhaj/sistem kehidupan. Pertama kali dilakukan pembentukan individu yang islami. Ini pondasi yang harus diperkuat dan dibangun secara terus menerus untuk masuk ke sub-sistem selanjutnya yaitu keluarga yang islami. Selanjutnya dari keluarga-keluarga islami yang terbentuk, terbentuklah masyarakat yang islami. Dsinilah corong untuk menyatukan umat muslim di seluruh dunia. Saat masyarakat mulai islami, maka persaudaraan itu tidak terbatas teritorial. Tapi semua umat muslim di muka bumi ini adalah saudara.

    Terlalu parsial jika hanya difahami bahwa liqo ini merupakan kaderisasi hizb/gerakan. Adanya PKS atau HT merupakan salah satu bagian kecil dari wasilah dakwah. Timbulnya hizb/gerakan ini adalah efek dari kesungguhan untuk menyebarkan nilai2 kebaikan yang ter-cover dalam sistem. Sistem yang dibuat agar lebih teratur. Ruh geraknya timbul dari hati karena Allah, karena Rasulullah, karena kecintaan kepada sesama muslim dan umat.

    Perasaan ini subjektif sebenarnya. Tidak ada diskriminasi dalam hal ini. Setiap orang punya tuntutannya masing2 untuk senantiasa berbuat baik dan menyeru orang lain pula untuk berbuat baik, itulah dakwah. Hanya perlu difahami juga, orang yang ikut liqo bukan malaikat, yang pasti selalu benar. Justru dengan liqo itulah sarana untuk satu sama lain saling mengingatkan.
    Wallahu A'lam.... :)

    ReplyDelete
  4. Ihiy juga dah buat niscaya riska... Hheee :p

    ReplyDelete
  5. lumayan lah jawaban cipi... hahay,, gaya beud dah guweh...

    intinya mah pgini ye bang asto,,dakwah 'ntuh kan amar ma'ruf nahi munkar yee, yaudeh dah.. kaga usah dah ribet2 ngurusin hizb atau gerakan tertentu yg sering dikait2kan sm ni liqo. liqo pan sarana ye, srana bwt ape? -bwt kenal Alloh lebih deket. udeh. dn msh bnyk sarana laennye bwt kenal sm Alloh, nah klo yg 'nii balikin dah tuh sm personal, beneran niat mau kenal Alloh ape kagak..

    Alloh tau dah ye,, yg liqo krn bner2 tulus ikhlas mw kenal sm Alloh & memahami dakwah secara holistik (klo qt apa dah bahasenye?? -syamil yee..hhe) atw yg cm bwt kepentingan pribadi, golongan, atw apalah... udah, yg nabur kebaikan, tuh kebaikan bkl balik sm yg nabur, bgitu jg sebaliknya.

    pastiin n yakinin yg qite lakuin bener n g ngeblinger.. Alloh keep watch koq,, udeh,pgitu dah yeee, :-)

    ReplyDelete
  6. syukurlah kalo aplikasi liqo bisa seperti yang silvi katakan..
    tapi kalo di ipb kayanya emang seperti yang asto katakan..

    ReplyDelete
  7. MasyaaLloh...syukron Mbak Silvi atas tanggapannya, pun demikian buat Kang Hasan :-). Alhamdulillah...
    Saya berdoa semoga ke depannya terus ada perbaikan seperti yang Mbak Silvi utarakan. aamiin

    Especially for Mbak Niscaya Riska, kenapa saya rela ribet2 'ngurusin' orientasi liqo yang ke hizb? karena liqo itu diadakan secara resmi di kampus, fasilitas publik yang seharusnya netral (tidak punya afiliasi politik). Kalau itu diadakan di luar kampus, tidak ada hak saya untuk mempermasalahkannya. Menurut saya, tidak akan ada masalah jika:
    1). Liqo di kampus negeri adalah semata2 pembinaan keislaman yang bebas dari campur tangan hizb
    2). Liqo yang bertujuan kaderisasi hizb diadakan di luar mekanisme kampus
    3). Kelembagaan di kampus tidak diinfiltrasi oleh hizb dan tidak diukur dari keikutsertaan seseorang di liqo atau tidak.

    Nah, faktanya yang terjadi adalah kebalikan dari 3 hal di atas bukan? Menurut saya ini penting karena kalaulah kondisinya terus menerus seperti ini, kampus akhirnya menjadi kue rebutan. Zaman saya dulu ada banyak kasus friksi antar hizb gara2 rebutan mahasiswa baru. Akhirnya yang ada bukan sinergi antar hizb dalam dakwah dan pembinaan mahasiswa, tapi malah aktivitas yang kontraproduktif. Hizb satu bukan menganggap hizb lain sebagai rekan seperjuangan tapi sebagai rival yang mesti dikalahkan. Kenapa ini terjadi? karena XXX dan YYY sebagai lembaga kampus kurang bisa menjaga netralitasnya dan membiarkan dirinya memperoleh infiltrasi dari hizb tertentu.

    Riilnya, menurut saya, kalau ada hizb2 yang hendak menyebarkan pemikiraannya kepada mahasiswa itu wajar2 saja. Tapi agar lebih fair dan memenuhi konstitusi kampus, silakan bergerak dari lembaga eksternal kampus seperti KAMMI, Gema Pembebasan, HMI, IMM, Hasmi, atau GMNU. Bukan dari lembaga yang resmi di bawah otoritas kampus. Kalau liqo plus kaderisasinya diadakan oleh lembaga2 eksternal seperti ini, saya yakin nggak akan ada lagi yang mempermasalahkannya.

    Wallohua'lam

    ReplyDelete