January 24, 2012

Jiwa


Jiwa,
dimana harus ku sapa engkau?

Pada rumputkah? namun diam.
Pada bebatuankah? namun diam
Pada langitkah? namun diam.
Pada siapa?

Mungkin ini, 
pada rumput tasbih ini ku temui
bukan kamu harta
bukan kamu tahta
bukan kamu 

tapi, 
ini aku
jiwaku ku temui dalam taman sajadah ini
aku ada dalam ke-khusyuk-an ini
bak aliran sungai mengalir
begitu tenang
begitu indah
begitu segar
namun gemetar terbawa arus
gemetar dalam hanyut

ku temui
ku temui
ku temui
diriku dalam senduku
aku pasrah
aku lemah
tak ada dayaku

aku menyesal,
aku menyesal,
aku menyesal
Jiwa, inginku bertemu dengan pencipta-Mu.

January 22, 2012

'dig up' [edisi liqo]

Bismillahirrahmaanirrahiim... 

Pertama saya mengucapkan rasa syukur yang sangat dalam atas gerakan hati untuk mau menulis kembali. Tentu semua ini adalah karunia dari Allah swt. Semoga shalawat dan salam sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Saya ingin sedikit menceritakan pengalaman saya. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Tepat di pagi hari yang masih begitu segar. Saya pun berangkat ke masjid Al-Hurriyyah, perjalanan yang kadang ditemani kicauan burung yang masih semangat bertasbih kala itu. Saya lupa tepatnya tanggal berapa, tapi yang pasti kejadian yang akan saya ceritakan ini terjadi pada hari ahad, di tahun 2011 lalu. Saat itu, saya tengah akan bertemu dengan dua orang adik tingkat, yang luar biasa semangat. Semangat untuk mencari ilmu.

Saya ceritakan dulu, sedikit perjalanan hari-hari sebelum saya bertemu mereka. Sebutlah kedua orang itu A dan B. Suatu hari, sebelum pertemuan dengan A dan B, sampailah saya di suatu ruangan, saya bertemu C, beliau adik tingkat saya juga teman dari A. C menyampaikan kepada saya, bahwa A ingin ikut liqo. Tanggap hati saya langsung tergerak untuk bertanya lebih lanjut. Bertanya tentang siapa A, departemen apa, dsb. Hingga akhirnya saya diberikan no.hp A. Dengan penuh semangat, seperti semangat beliau untuk menuntut ilmu saya sms beliau(A). Akhirnya terbentuklah kesepakatan, kita bertemu di masjid Al-Hurriyyah, tepat hari Ahad. Perasaan bahagia yang merasuki hati saya saat itu juga. Perasaan yang entah dari mana. Rasanya hadir begitu saja. Bahagia karena beliau begitu bersemangat menjemput hidayah Allah untuknya.  Alhamdulillah.. :)

Akhirnya dipertemukanlah kita di rumah Allah, masjid Al-Hurriyyah. Tempat yang didalamnya tidak ada aktivitas lain, selain mengingat Allah. Tempat yang saya senangi keberadaannya, karena tempat itulah sarana yang Allah berikan untuk menyatukan umat muslim apapun madzhab nya. Tempat yang akan menjadi saksi atas aktivitas yang pertama kali yang akan ditanyakan di yaumul akhir nanti, yaitu shalat. Well, kembali ke cerita awal. Alhamdulillah, saya bisa bertemu dengan A yang mengajak temannya juga yaitu B. Pertemuan itu dimulai dengan salam. Sedikit share tentang salah satu isi artikel yang ditulis oleh salah satu dari pengurus pesantren duriyat Bandung, pesantren Al-Quran dan teknologi tentang keajaiban mengucapkan salam:

Dalam kitab Risaalatul Mu'awanah dijelaskan bahwa di saat dua orang muslim berpapasan maka Allah akan menurunkan 100 kebaikan, 90 kebaikan diberikan kepada orang yang pertama kali mengucapkan salam. Sedangkan sisanya(10) diberikan kepada orang yang menjawab. Di sini kita diberi motivasi untuk selalu mengucapkan salam kepada siapa saja selama orang itu kita anggap sebagai muslim. Dengan salam secara tidak langsung kita telah dianjurkan untuk saling mendo'akan. Juga dengan salam diharapkan akan tumbuh ikatan persaudaraan yang saling mencintai sesama manusia. Rasulullah SAW, bersabda:"Kamu tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu saling mencintai, apakah aku tidak perlu menunjukkan kepadamu pada sesuatu yang jika kamu kerjakan kamu akan saling mencintai? Maka sebarkanlah salam diantara kamu". (HR. Muslim)

Pertemuan yang diawali dengan sapaan hangat itu kami lanjutkan kembali. Ya, dengan tilawah. Sebagai salah satu penyubur semangat untuk mengkaji ilmu Allah. Sampailah pada sesi perkenalan. Terkesan biasa memang. Tapi disini saya ingin menceritakan suatu hal yang menurut saya menarik untuk diungkap. 

Tibalah saatnya, perkenalan. Masing-masing dari kami memperkenalkan diri satu per satu. Mulai dari A, yang begitu panjang lebar, dilanjut B pun sama. Akhirnya giliran saya. Selesai berkenalan saya bertanya, "A dan B, apa alasan kalian ingin liqo? Pernah mendengar kata liqo sebelumnya?" Setelah saya bertanya seperti itu, spontan B malah balik bertanya dengan pertanyaan yang lebih banyak. Membredell... B balik bertanya. "arti liqo itu apa mb? saya tau nya itu pengajian to. Kenapa harus seminggu sekali? bla.. bla.." kurang lebih seperti itu beliau bertanya. Agaknya masih banyak yang tersimpan dalam sanubari nya terkait hal ini. Tapi ia anggap cukup untuk sementara ini. Giliran saya menjawab pun tiba. Kira-kira kalau dipointkan, berikut beberapa pertanyaan serta jawaban saya, sekaligus saya tambahkan hal-hal lain yang perlu saya cantumkan..

Apa artinya liqo? Kok bahasanya serem mb, kaga' umum?? 

Secara bahasa halaqah artinya lingkaran dan liqo artinya pertemuan. Secara istilah halaqah merupakan pengajian yang dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian tersebut duduk melingkar. Istilah ini mungkin terkadang terlihat agak menyeramkan bagi yang tidak biasa menggunakan karena ini adalah istilah arab. 

Pengajian yang dimaksud disini berlaku secara umum. Semuanya merupakan kajian yang bersifat ilmiah atau ada landasannya. Dengan kata lain, mungkin hampir sama dengan istilah mentoring atau bisa juga disebut majlis ta'lim. Tidak ada keanehan yang perlu ditakutkan dalam halaqoh ini. Semua sudah terkurikulum dengan rapi. Materi bahasan yang dikaji bersama terkait dengan aqidah, fikih, hadits, shiroh, dll. Semuanya dipelajari secara bertahap. Tahapan itu butuh kesabaran dan kesungguhan. Disinilah penilaian Allah atas kesungguhan kita dalam mengkaji ilmu Allah. 

Dalam halaqoh ini ada mentor(murobbi/ah) dan ada yang di mentor(mentii/mad'u). Mentor ini memang yang dituntut harus lebih banyak tau dalam hal ilmu agama dari binaannya. Mereka harus punya kompetensi yang mumpuni. Kompetensi itu sudah ter-cover dalam 10 muwashoffat muslim. Ya, ke-10 karakter itu harus terinternalisasi dalam diri seorang mentor. 10 sifat ini nanti saya sampaikan dalam postingan selanjutnya. :) 

Liqo itu kenapa sepekan sekali mb?

Hal sepele mungkin anggapan sebagian orang terkait pertanyaan ini. Saya sangat senang dengan pertanyaan ini. Karena mengkritisi berarti dia ingin tahu, ingin tau 'esensi'. Hal itu yang paling penting menurut saya. Liqo ini boleh dilakukan lebih dari sekali dalam se-pekan. Namun, esensi sepekan sekali karena  disanalah saat tepat mengevaluasi aktivitas dalam satu pekan. Sarana untuk saling mengingatkan, saling memotivasi dan saling berbagi. Sehingga dalam sepekan ke depan, mad'u dan murobbi/ah senantiasa bersemangat untuk bekerja dengan niat yang lurus dan ikhlas. Sekali lagi, pembentukan karakter ini adalah proses. Ini akhlak, perlu dibangun secara sabar, kesungguhan yang tinggi, dan ikhlas. Proses satu kali dalam se-pekan ini tidak akan berpengaruh signifikan jika hanya mengandalkan itu saja.

dan masih banyak pertanyaan lain yang belum bisa saya tuliskan semua disini..

Semoga, apa yang menjadi langkah kita, bukan hanya atas dasar ikut-ikutan saja.

"We have indentity, dig up well until we know who we are..  "