Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Judul tulisan saya kali ini sama dengan salah satu judul nasyid gubahan AA Gym..Jagalah hati cahaya Illahi
Saat saya menulis tentang ini maka fikiran pertama saya langsung tertuju pada buku karya Imam Ghazali. Sedikit banyak saya akan menggunakan referensi dari buku karya beliau untuk menulis tentang ini. Beliau menyampaikan bahwa seorang manusia takkan mampu mengenal Tuhannya (makrifatullah) hingga ia bisa mengenali dirinya sendiri, dan ia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri hingga ia mampu mengenal hatinya. Namun sayang, kebanyakan dari manusia tidak mampu mengenal hati dan dirinya. Coba mulai renungkan dan resapi..sudahkah kita mengenal hati kita sendiri? Duhai hati yang lembut, jika jawabannya adalah YA. Innalhamdalillah..^_^ doa saya adalah semoga diistiqomahkan dalam keimanan dan keikhlasan. Tapi jika jawabannya adalah bingung atau bahkan tidak mengenal sama sekali, mari kita perbaiki bersama. Semoga Allah senantiasa memberikan karunia dan rahmat Nya kepada kita semua.Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk senantiasa mengenali hati kita sehingga bisa mengenali diri kita sendiri hingga membawa kita semakin mendekat kepada Allah.
Ketahuilah duhai saudarku yang berhati lembut, hati itu ibarat benteng dan setan adalah musuh yang ingin masuk ke dalam benteng tersebut. Banyak celah untuk musuh masuk melalui benteng tersebut jika kita tidak mampu memelihara benteng itu dengan baik. Pun dengan hati, saat kita tidak mampu mengelola hati dengan baik maka akan banyak celah setan masuk ke dalam hati kita. Unik caranya, halus langkahnya hingga ternyata kita terjebak dalam suatu rutinitas yang tidak Allah ridhoi. Maka, hati-hati!
Perumpamaan lain hati diibaratkan seperti cermin. Cermin itu awal mulanya bersih dan begitu mudah kita mengenali diri kita sendiri saat bercermin, pun dengan hati. Namun saat kita kotori cermin dengan kotoran-kotoran maka yang terjadi adalah kita akan merasa sulit mengenali diri kita sendiri, pun saat hati kita dinodai oleh banyak dosa maka akan semakin sulit kita mengenali diri kita sendiri. Oleh sebab itu, mengenali jalan pintu masuk syaitan ke dalam hati kita adalah penting.
Banyak cara syaitan bertingkah, baik dengan hal yang kita senangi maupun kita benci. Pintu terlebar yang sering mudah untuk dimasuki syaitan adalah melalui amarah dan nafsu syahwat. Dikisahkan seorang wali berkata kepada Iblis, "coba perlihatkan kepadaku bagaimana kamu mengalahkan manusia", Iblis menjawab, "Aku kuasai ia saat sedang marah dan saat datang hawa nafsunya.". Pintu terlebar lain yaitu dalam keadaan dengki dan rakus. Dikisahkan ketika Nabi Nuh as. memasuki kapalnya, ia mengangkut semua yang berpasang-pasangan sebagaimana perintah Allah swt. Namun di dalam kapal ia melihat seseorang yang tidak ia kenali. Nabi Nuh bertanya "kenapa kamu ikut naik ke kapal ini?" Ia menjawab, "aku ikut ke sini untuk menimbulkan bencana ke dalam hati teman-temanmu, sehingga hati mereka akan bersamaku, dan raganya bersamamu." Nabi Nuh berkata dengan marah, "keluarlah dari kapal ini, wahai musuh Allah! Kamu benar-benar terkutuk!" Lalu iblis berkata, "ada lima hal yang membinasakan manusia. Aku akan ceritakan kepadamu yang tiga hal, dan tidak akan aku ceritakan yang dua hal." Selanjutnya Allah swt mewahyukan kepada Nabi Nuh, "kamu tidak memerlukan yang tiga hal itu. Dan sebaiknya ia menerangkan yang dua hal lagi." Nabi Nuh bertanya kepada Iblis, si penumpang gelap itu, "Apa yang dua hal itu?" Iblis menjawab, "Dua hal itu tidak membohongiku dan tidak menentangku, dan karena dua hal inilah manusia akan binasa, yaitu dengki dan rakus. Rasa dengkilah yang membuatku jadi makhluk terkutuk. Adapun rakus, telah dibolehkan bagi Adam seluruh yang ada di syurga kecuali sebatang pohon. Maka aku berhasil menggodanya karena kerakusannya."
Adakah pintu-pintu tersebut dalam hati kita?
Pintu amarah, nafsu syahwat, dengki, dan rakus??
Saudrku,,, Problema terkait hati yang paling sering menyerang para pemuda yaitu virus merah jambu (VMJ), ini bisa hadir melalui keempat pintu yang saya sebutkan sebelumnya. Bisa karena marah dan nafsu syahwat serta dengki kepada seseorang, atau rakus dalam suatu hal hingga pelampiasannya adalah curhat kepada lawan jenisnya dengan alasan mendapatkan solusi dan pada akhirnya timbul komunikasi yang intens dan perhatikan! syaitan tertawa dengan kondisi ini. Mereka betepuk tangan atas kemenangan mereka hingga sampai kita merasa nyaman untuk senantiasa mengeluhkesahkan segalanya kepada lawan jenis. Mereka pun berpesta hingga kita terjatuh dalam kondisi khalwat. Secara tidak sadar ternyata ritme problematika ini tidak pernah surut walaupun isu mulai memudar. Tapi ternyata masih banyak yang terjangkit virus ini disadari atau tidak, dan saya jelas menyadarinya. Masih banyak ditemukan bahkan yang mengaku aktivis dakwah. Bagimu aktivis dakwah yang merasa dalam kondisi ini maka saya ingin sampaikan:
Bagimu ukhtii shalihah...masih ada saya disini bersedia mendengar semua keluh kesahmu, walau hanya dalam bentuk pesan...Bagimu ukhti shalihah, masih banyak saudarimu yang begitu memperhatikan dan menyayangimu...ingin agar kita sama-sama terjaga dalam kebaikan. Masih banyak saudara kita yang lain yang ingin saling memberikan sapaan hangat dibandingkan sekedar menanti bualan sapa dari kaum adam. Maaf jika caraku atau saudari2mu yang lain ternyata keliru untuk memberikan bentuk perhatian itu. Tapi yakinlah, yang indah menurut kita belum tentu benar dalam ketentuan-Nya. Ikhlaskanlah hatimu untuk ridha dalam ketentuan-Nya dan siap melawan segala bentuk tipu daya syaitan. Saya dan saudarimu yang lain membersamaimu...tegur kami jika kami alfa.
Bagimu kaum adam...anjuran Allah adalah menundukkan pandangan.. Maka jadilah jundi Allah yang wala'. Mereka yang mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap Allah. Pernahkah antum bertanya kabar terkini saudara antum dibandingkan sekedar menyapa kaum hawa. Saudara antum akan lebih sedih jika kondisi ini terjadi. Akan menjadi seperti apa generasi penerus antum jika ini terus terjadi? Masih inginkah mengikuti rayuan-rayuan syaitan itu. Padahal adik-adik disana menanti bentuk perhatian dan arahan dari antum. Sadarilah bahwa syaitan membuat kita terlena atas dua hal yaitu waktu luang dan jiwa yang sehat. Gunakan kondisi tersebut dengan sebaik-baiknya agar syaitan tidak membiarkan kita terlena atasnya.
Bagimu pembela kebenaran...Sesungguhnya jual beli dengan Allah tidak akan merugi karena balasannya adalah surga, resapi Q.S.At-taubah 111-112. Bersabarlah saat harapan itu belum bisa di raih. Maknai sabar seperti di Q.S. Al-Imran:146. Sesungguhnya janji Allah itu pasti. Maka adakah yang masih antum/na ragukan untuk bergerak totalitas di jalan Allah dibandingkan sekedar bersenda gurau mengikuti ajakan musuh-musuh Allah? Relakah antum/na gadaikan jual beli yang Allah tawarkan itu dengan sesuatu yang hina? Na'udzubillah...
Mari mulai menata hati kembali, menjaganya agar tidak terkena tipu daya syaitan. Berdoa agar Allah menguatkan hati-hati kita dari segala tipu dayanya karena Allah lah yang menggenggam hati kita. Rasulullah saw memberikan tiga contoh tentang hal itu dalam sabda-sabda beliau: (1) "Perumpamaan hati itu seperti seekor burung pipit yang bolak-balik setiap saat" (HR AlHakim dan AlBaihaki) (2) "Perumpamaan hati itu seperti sebuah kuali yang dalam keadaan menggelegak" (HR Ahmad dan Al Hakim) (3)"Perumpaan hati itu ibarat sehelai bulu di sebuah tanah lapang yang dibolak balikkan oleh angin ke depan dan ke belakang" (HR Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi).
Mari kita berdoa dengan penuh kerendahan hati dan penuh pengharapan:
"Wahai yang membolak-balikkan hati! Mantapkan hatiku pada agama-Mu"
Mintalah pula agar Allah berikan rahmat dan karunia-Nya hingga kita bisa menjaga hati kita, mampu mengenali diri sendiri, dan pada akhirnya mampu mengenal Allah swt dan berjumpa dengan-Nya.
Catatan ini dituliskan dengan penuh kerinduan pada hati-hati yang bersih, yang bercahaya, yang memancarkannya kepada segenap masyarakat. Bagimu duhai yang lembut hatinya mari kita bersama meminta kepada Allah keteguhan hati itu.
Wallahu'alam bish showab..
CMIIW
No comments:
Post a Comment